CABAI: Bakri menunjukkan tanaman cabai yang tumbuh subur, walau hanya ditanam di dalam polybag dengan media tanam cocopeat.
f-ist
Dari Bintan Berkembang ke Tanjungpinang
Bakri (60-an) yang berdomisili di Jalan Raja Haji Fisabilillah Batu 8, Tanjungpinang (depan Perumahan Ceruk Permata) membuktikan, bahwa bercocok tanam yang baik dan ekonomis tidak memerlukan lahan luas. Selain itu, tidak memerlukan teknologi tinggi yang rumit. Cukup bermodalkan polybag, sedikit tanah dan cocopeat (serbuk sabut kelapa) sudah bisa menghasilkan tanaman yang baik.
Bintan – Tak sekedar cakap, Bakri membuktikannya dengan menanam cabai merah di sekitar halaman rumahnya.Tanaman cabai yang ditanamnya di dalam polybag itu tumbuh hingga ketinggian sekitar setengah meter hingga semeter dan menghasilkan buah yang banyak. Padahal, untuk media tanam cabai itu dia menggunakan campuran cocopeat dengan tanah bauksit. Bukan tanah hitam. Beberapa batu bauksit memang terlihat masih berserakan di kaki tanaman cabai yang menjulang dan subur itu.
”Saya ini sudah puluhan tahun betanam, tapi baru kali ini bisa bikin yang seperti ini (subur) tanpa harus menggunakan pupuk yang berlebihan atau obat-obatan,” kata Bakri dalam perbincangan dengan Tanjungpinang Pos, Kamis (16/5) di halaman belakang rumahnya.
Bakri menambahkan, “Cukup dengan cocopeat ini,” sembari menunjukkan serbuk cocopeat yang didatangkan dari Guntung oleh Ady Indra Pawennari, Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI). Bakri sendiri mengakui awalnya dia tak sengaja dan hanya iseng.
”Iseng saja. Awalnya ada kawan yang kasih bibit cabai. Dia bilang pakailah, aku sedang tak perlu,” ucapnya.
Dia bingung juga mau ditanam di mana? Apalagi saat itu dia sedang sakit-sakitan dan untuk berjalan pun harus menggunakan tongkat, dan halamannya pun sempit dan sebagian sudah disemen. Merasa sayang dengan bibit cabai itu dan ada cocopeat, dia pun membeli sejumlah polybag. Kemudian, mencampurkan cocopeat dengan tanah bauksit ke dalam polybag. Di situlah ditanam benih cabai itu. Dan, ternyata tumbuhnya sangat bagus.
”Seperti inilah hasilnya. Lihat saja sendiri,” ucapnya sambil menunjuk tanaman cabai di dalam polybag yang diletakkan di atas semen yang sudah dicor, tapi tetap tumbuh sangat subur.
Melihat tanaman cabai itu tumbuh subur, Bakri yang awalnya sakit-sakitan, sesak nafas dan harus ke dokter setiap minggu, ikut sehat dan segar kembali. Dia tak pernah ke dokter lagi, jalan pun kembali tegak tanpa tongkat dan tak perlu keluar uang ratusan ribu rupiah lagi per pekan untuk beli obat.
”Alhamdulillah, sekarang tak pernah ke dokter lagi,” tuturnya sembari tersenyum, sembari menambahkan ini yang sangat disyukurinya.
Melihat tanaman tumbuh subur tanpa pupuk dan segala macam pestisida, membuat semangat hidup Bakri berbunga kembali. Semangat itulah yang membuatnya sehat kembali seperti semula.
”Saya tak mau takabur, tapi ini jalan Allah SWT untuk saya. Melalui cocopeat itu saya bisa sehat kembali seperti sekarang,” jelasnya.
Ady Indra yang mendengar penuturan Bakri, tersenyum. Bagi Ady, cocopeat dan upaya yang dilakukan Bakri membuktikan, semua orang bisa bercocok tanam dan memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa harus berkebun di lahan yang luas.
”Cabai ini ditanam di polybag yang diletakan di atas lantai semen cor, tapi hasilnya bagus. Ini bukti semua orang bisa asal mau. Kalau tak percaya silakan datang ke rumah Pak Bakri. Lihat dan bertanya sendiri ke orangnya,” tukas Ady, yang juga mengembangkan keladi cina untuk petani di Bintan.
Di Bintan, tanaman keladi cina yang dikembangkannya kini tumbuh dengan subur. Tanaman yang juga ditanam di dalam polybag itu sudah menjelang panen.
“Yang ditanam kena kemarau kemarin sudah mati. Yang di dalam polybag dengan media tanam cocopeat tetap tumbuh subur,” terangnya.
Menjawab pertanyaan kenapa yang ditanam di media cocopeat tak kekeringan, Ady, menjawab karena cocopeat mampu menyimpan air dalam jumlah besar. Bukan hanya menyimpan air, embun malam pun bisa diserap oleh cocopeat. Sehingga, akar tanaman tetap mendapatkan asupan air meski tidak disiram. (YUSFREYENDI)