SAGU: Haidir warga Desa Panggak Laut menebang batang rumbia untuk pengolahan sagu.
F-Tengku/TANJUNGPINANG POS
LINGGA – Di saat barang makanan pokok beras sulit didatangkan dari daerah lain masyarakat Panggak Laut, Kecamatan Lingga tidak mempermasalahkannya. Sebab, masyarakat Panggak Laut tetap mempertahankan tanaman sagu untuk dijadikan makanan pokok.
Tanaman sagu sudah ada di Panggak Laut sejak masa Kesultanan Riau.
Sampai saat ini, sagu merupakan tanaman yang dijadikan bahan makanan pokok. Bahkan, tanaman sagu sebagai sumber mata pencaharian bagi warga Panggak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kejayaan Sagu Lingga, mencuat sejak zaman Kesultanan Riau. Saat itu, hasil pengolahan sagu tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, tapi dikirim ke daerah lain.
Sagu Lingga tidak begitu populer di masa sekarang. Tapi, tanaman ini masih menjadi andalan masyarakat Panggak Laut untuk mencari nafkah keluarga. Pekerjaan memotong sagu merupakan warisan keluarga secara turun temurun.
”Sekarang tetap pekerjaan itu kami lakukan,” kata Haidir warga Panggak Laut, ketika membersihkan batang sagu yang telah ditebang, kemarin.
Bermain lumpur dan menahan serangan nyamuk menjadi hal biasa bagi pemotong sagu. Kendala yang dihadapi para pemotong sagu justru pemasaran hasil sagu. Batang tanaman rumbia yang bisa diambil sagu itu harus dipilih. Masyarakat Panggak Laut sudah diajarkan cara memilih pohon rumbia siap dipanen.
Meski telah mencukupi umur untuk dipanen, namun tidak semua pohon memiliki kandungan sagu yang banyak dan berkualitas. Batang sagu yang memiliki kandungan dan kualitas baik adalah batang yang berdiameter besar dan berdaun lebat.
”Selain usia ukuran tinggi pohon sagu juga dilihat. Ukuran batang sagu yang layak ditebang tersebut kurang lebih 12 meter,” sebutnya.
etelah batang Sagu ditebang, kemudian dibersihkan dan dipotong-potong dengan ukuran satu meter. Tidak hanya sampai di situ, batang yang telah dipotong itu ditarik ke jalan menggunakan alas daun rumbia sebagai rel, agar batang dapat didorong dengan kayu penyangga di kiri dan kanan.
”Kalau masih ada tenaga dan waktu, kami sendiri yang melangsir, kalau tidak mengupah warga lain,” sebut Haidir.
Bila menggunakan jasa orang lain, satu potong batang sagu mengantar ke pinggir jalan dari dalam hutan, harganya Rp 5 ribu jika jaraknya dekat. Jika jaraknya jauh harga satu potongan batang sagu sebesar Rp 7 ribu. Potongan batang sagu diangkut ke pabrik pengolahan dengan menggunakan truk.
”Meski pemasaran semakin sulit, namun kini masih ada permintaan sagu Lingga dari pengumpul di Sumatra dan Jawa. Di saat beras sulit masuk ke Lingga, kami juga bisa menjadikan sagu sebagai makanan pokok,” imbuhnya. (tir)