Apa Itu Cacing Tanah
Cacing tanah memiliki nama ilmiah lumbricus rubellus, yang merupakan kelompok hewan invertebrata dalam filum annelida. Ditinjau dari ukuran tubuhnya, cacing tanah terbagi kembali menjadi dua kelompok, yaitu megadrili yang berukuran besar dan mikrodrili yang berukuran kecil dengan panjang sekitar 5-15 mm dan berdiameter 0,25-0,75 mm.
Dan secara ekologi, lumbricus rubellus terbagi ke dalam tiga kelompok. Yaitu kelompok epigeik, endogeik, dan aneciqueik. Ketiganya mempunyai peran masing masing dalam membantu kesuburan tanah. Untuk cacing epigeik, hidup aktif pada lapisan permukaan tanah dan tidak membuat lubang.
Sementara cacing endogenik biasanya akan membuat lubang tanah. Cacing dengan ukuran tubuh lebih besar ini yang punya peranan penting dalam menyuburkan tanah. Sedangkan aneciqueik punya bobot paling berat dari dua kelompok sebelumnya. Cacing tersebut memiliki kebiasaan makan dan membuang kotorannya di permukaan tanah. Mereka mampu meningkatkan kesuburan tanah pada lapisan atas.
Taksonomi Cacing Tanah
- Kingdom : Animalia
- Filum : Annelida
- Kelas : Clitellata
- Subkelas : Oligochaeta
- Ordo : Opisthopora
- Subordo : Lumbricina
- Famili : Lumbricidae
- Genus : Lumbricus
- Spesies : Lumbricus rubellus
Siklus Hidup Cacing Tanah
1. Kokon
Siklus hidup cacing tanah dimulai dari kokon. Dan kokon yang baru keluar dari tubuh cacing biasanya memiliki warna kuning kehijauan. Warnanya akan berubah menjadi kemerahan sewaktu akan menetas. Kokon sendiri diperoleh dari proses kopulasi antara alat kelamin jantan dan betina.
Perlu diketahui, bahwa cacing tanah bersifat hermaprodit alias mempunyai alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Meskipun begitu, cacing tanah tidak bisa membuahi dirinya sendiri. Alat kelamin betinanya terdiri dari sepasang ovarium yang berada pada segmen ke-13 di bagian depan.
Dan sepasang infundibulum yang bermuara dalam kantong telur terletak pada segmen ke-14. Dari setiap kantong telur tersebut muncul sebuah ovidak yang akan bermuara keluar pada segmen 14. Sementara alat kelamin jantan terdiri dari dua pasang testes dan dua buah kantong testes, yang terletak pada segmen 10 dan 11.
Pada saat perkawinan, bagian yang dinamakan klitelum mempunyai peran penting. Klitelum ini berfungsi sebagai organ kelamin sekunder, yang mensekresikan lendir untuk menyelubungi perlekatan cacing pertama dengan pasangannya. Lendir juga akan melindungi sekaligus melancarkan jalannya spermatozoa saat proses kopulasi.
2. Cacing Muda
Setelah terlepas dari tubuh cacing tanah, kokon umumnya akan menetas sekitar 14 sampai 21 hari. Namun menetasnya kokon menjadi cacing muda dalam kurun waktu tersebut biasanya hanya dapat terjadi ketika cuaca hangat. Jika lingkungannya dingin, maka kokon dapat menetas sampai 3 bulan lamanya.
Seperti yang telah disebutkan, kokon akan berubah warna menjadi kemerahan saat anak cacing siap menetas. Pada fase ini, kokon memiliki ukuran sebesar biji anggur. Cacing muda atau disebut juvenil keluar dengan ukuran sekitar 1,2 cm, berwarna keputihan dengan semburat merah muda yang menunjukkan pembuluh darah, dan tanpa organ reproduksi.
3. Cacing Dewasa
Cacing muda akan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam waktu sekitar 2,5 sampai 3 bulan. Dan mereka bisa matang secara seksual apabila citelum sudah terbentuk secara sempurna. Pada tahap tersebut, pertumbuhan berat tubuh cacing tanah sudah melambat. Cacing tanah pun sudah bisa kawin dan menghasilkan kokon baru. Dimana proses kawinnya dapat berlangsung selama 6 sampai 10 hari.
Untuk lama hidupnya, cacing tanah dapat hidup sampai usia 5 tahun atau lebih. Cacing yang sudah tua ditandai dengan ekor yang tampak lebih pipih serta warna kuning pada ekornya telah mencapai punggung. Jika cacing tanah masih produktif, maka warna kuning tersebut masih berada pada ujung ekor. Akan tetapi, sebagian cacing tanah ditemukan mati di tahun yang sama ketika mereka dilahirkan.
Temukan lebih banyak konten menarik lain diĀ Tanjung Pinang Pos: