Tahapan Siklus Daur Hidup Cestoda dan Penjelasannya

Apa Itu Cestoda ?

Cestoda merupakan salah satu kelas dari filum platyhelminthes atau cacing pipih. Kelas ini mempunyai lebih dari enam ribu spesies yang tersebar di seluruh dunia, dan semua anggotanya bertindak sebagai parasit. Dimana umumnya cacing dewasa akan tinggal di saluran pencernaan vertebrata yang dijadikan sebagai inang definitif.

Sementara cacing muda bisa pula hidup di dalam tubuh spesies hewan lain, baik itu vertebrata maupun invertebrata sebagai inang perantara. Cestoda sendiri termasuk golongan hewan avertabrata yang tidak mempunyai tulang belakang. Sebagian besar ditempatkan dalam subkelas eucestoda, yang disebut cacing pita.

Tubuhnya tersusun dari rangkaian unit serupa yang disebut dengan nama proglotid, berisikan telur yang secara berkala dapat dilepaskan ke lingkungan untuk menginfeksi organisme lain. Selain itu, cestoda juga memiliki kait pada kepalanya yang disebut dengan scolex. Scolex tersebut terdiri atas deretan kait dan pengisap untuk menempelkan diri pada inangnya.

Klasifikasi Ilmiah Cestoda

  • Superkingdom : Eukaryota
  • Kingdom : Animalia
  • Filum : Platyhelminthes
  • Kelas : Cestoda

Siklus Hidup Cestoda

Siklus hidup cestoda cukup bervariasi, karena ada banyak spesies yang masuk ke dalam kelas ini. Namun seperti yang telah disebutkan bahwa semua anggota bertindak sebagai parasit. Dan biasanya cacing dewasa tinggal di saluran pencernaan vertebrata. Karena sebagian besar ditempatkan dalam subkelas cacing pita, maka siklus hidupnya dapat dilihat melalui perkembangbiakan cacing pita tersebut.

1. Telur

Siklus hidup cestoda seperti cacing pita dimulai ketika inang perantara memakan makanan yang mengandung telur infektif. Karena hewan ini memang membutuhkan dua vertebrata sebagai induk semangnya. Kedua induk semang tersebut akan berperan sebagai inang definitif dan inang perantara.

Untuk inang perantara, biasanya adalah hewan ternak seperti babi, sapi, atau domba. Sementara inang definitifnya adalah manusia. Ketika telur infektif sudah masuk ke dalam tubuh inang perantara, maka telur nantinya akan menetas menjadi embrio cacing yang disebut onkosfer.

2. Onkosfer

Onkosfer atau embrio cacing yang menetas dari telur di dalam tubuh hewan ternak selanjutnya akan melakukan penetrasi ke dalam pembuluh darah. Embrio cacing tersebut ikut mengalir bersama darah ke seluruh organ. Onkosfer pun akan berkembang menjadi cacing muda yang disebut sistiserkus di dalam jaringan otot.

3. Sistiserkus

Sistiserkus dapat terus melanjutkan siklus hidupnya jika manusia sebagai inang definitif mengonsumsi daging hewan ternak yang mengandung cacing tersebut. Biasanya cacing masih dapat menginfeksi apabila daging tidak melalui proses pemasakan yang sempurna, yaitu pemanasan lebih dari 60 derajat celcius. Sistiserkus yang masih hidup selanjutnya bergerak menuju dinding usus halus manusia.

4. Cacing Dewasa

Sistiserkus yang sudah berada pada dinding halus manusia akan berkembang menjadi cacing dewasa di sana. Biasanya mereka sudah masuk fase dewasa setelah 5 sampai 12 minggu. Pada cacing dewasa, hidupnya cenderung di bagian proksimal dari jejunum. Jadi apabila berada pada posisi terminal proglotid gravid atau proglotid yang matang, maka dapat dilepas oleh strobila dan keluar bersama feses.

Dengan kata lain, telur yang dikeluarkan oleh cacing dewasa dapat keluar dari dalam tubuh manusia bersama dengan feses. Telur ini dapat bertahan selama beberapa minggu di luar tubuh dengan cara menempel pada rumput. Apabila termakan oleh hewan ternak, maka telur akan menetas atau pecah karena proses pencernaan. Sehingga telur berubah menjadi embrio atau onkosfer dan mengulang kembali siklus hidupnya.

Karena cestoda umumnya adalah hewan hermaprodit atau mempunyai kelamin ganda, mereka dapat memproduksi gamet betina kemudian membuahinya dengan gamet jantannya sendiri. Sehingga cestoda bisa terus berkembangbiak dan melanjutkan siklus hidupnya dengan mudah.

Temukan lebih banyak konten menarik lain diĀ Tanjung Pinang Pos:

Tinggalkan komentar