Tahapan Siklus Daur Hidup Clonorchis Sinensis dan Penjelasannya

Apa Itu Clonorchis Sinensis ?

Clonorchis sinensis adalah anggota dari trematoda (platyhelminthes) yang bersifat parasit dan hidup di dalam hati manusia. Daur hidupnya kurang lebih sama dengan fasciola hepatica (cacing hati). Hanya saja inang perantaranya adalah ikan air tawar. Karena itulah, penderita klonorkiasis banyak terdapat di Jepang.

Klonorkiasis sendiri merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing clonorchis sinensis. Karena masyarakat di Jepang gemar dan sering mengonsumsi ikan mentah, maka di sana cukup banyak ditemukan penyakit ini. Mengingat bahwa cara penularan clonorchis sinensis adalah melalui ikan air tawar.

Klasifikasi Ilmiah Clonorchis Sinensis

  • Kingdom : Animalia
  • Filum : Platyhelminthes
  • Kelas : Trematoda
  • Ordo : Opisthorchiida
  • Famili : Opisthorchiidae
  • Genus : Clonorchis
  • Spesies : Clonorchis sinensis

Siklus Hidup Clonorchis Sinensis

1. Terjadinya Polusi Air

Daur hidup dari clonorchis sinensis dimulai ketika air tawar terkontaminasi oleh tinja mamalia yang mengandung telur clonorchis sinensis. Telur kemudian dikonsumsi oleh siput, yang bisa berasal dari berbagai spesies berbeda. Seperti melanoides tuberculata, bithynia fuchsiuanus, alocinma longicornis, parafossarulus manchouricus, parafossarulus, anomali spiralis semisulcospira, dan lain sebagainya.

2. Penetasan Telur

Berkat enzim pencernaan yang dimiliki oleh siput, telur clonorchis sinensis dapat menetas menjadi larva level pertama yang disebut miracidium. Miracidium tersebut mempunyai bentuk oval yang dikelilingi oleh silia, sehingga memberikannya kemampuan untuk bergerak. Karena itu, miracidium dapat bergerak dan bersarang di hemocoel dan kelenjar pencernaan siput.

Miracidium kemudian mulai berevolusi ke bentuk sporokista dan menempel ke dinding usus siput untuk menyerap nutrisi intraluminal. Dalam 17 hari, sporokista kemudian bertransformasi menjadi redia yang akan melanjutkan proses pematangannya hingga menghasilkan serkaria dalam jumlah besar. Serkaria ini berbentuk seperti berudu dengan kepala dan ekor tidak bercabang.

3. Kematian Inang Perantara Pertama

Karena reproduksi serkaria yang begitu kuat, tahap ini akan berakhir dengan kematian siput sebagai inang perantara pertama. Begitulah cara serkaria dapat bebas di dalam air. Namun serkaria ini tidak dapat berenang. Sehingga jika mereka tidak mendapatkan inang perantara kedua (ikan air tawar), maka serkaria akan mati.

Jadi di sini serkaria akan menggantung dengan kepala di permukaan air, sementara bagian tubuhnya dibiarkan jatuh ke dasar. Mereka akan terus seperti itu sampai menemukan ikan air tawar. Dan jenis ikan yang dapat menembus larva clonorchis sinensis ini termasuk cukup tinggi, sebagian bahkan dipasarkan sebagai makanan di daerah endemik.

4. Menembus Inang Perantara Kedua

Jika sarkaria menemukan inang perantara kedua, hanya bagian kepala saja yang akan menembus dan mereka pun akan membebaskan diri dari ekor. Clonorchis sinensis bertahan selama satu jam dalam massa otot ikan setelah menembus. Dan dalam jangka waktu sekitar 20 hari, mereka sudah matang dengan bentuk metacercaria.

Metacercaria tersebut mempunyai bentuk elips dengan ukuran sekitar 0,16 sampai 0,20 mm. Pada fase ini, clonorchis sinensis memiliki butiran gelap di dalamnya dan dapat menginfeksi manusia. Infeksi pada manusia dapat terjadi apabila mengonsumsi ikan tanpa dimasak atau dimasak namun tidak matang.

5. Cacing Dewasa

Metacercaria yang menginfeksi manusia masuk ke sistem pencernaan. Larva akan dilepaskan dalam duodenum, kemudian naik melalui saluran empedu dalam 1 atau 2 hari. Setelah 30 hari, clonorchis sinensis pun sudah masuk ke dalam tahap cacing dewasa. Cacing dewasa berwujud tembus cahaya, dengan ukuran panjang sekitar 20 sampai 25 mm dan lebar 3 hingga 5 mm.

Bentuk cacing digambarkan mirip dengan daun, lebih sempit di bagian depan dan lebih besar di bagian belakang. Cacing ini mempunyai pengisap oral dan ventral yang berguna sebagai organ pengikat untuk memperoleh nutrisi dari inang. Karena bersifat hermaprodit, satu cacing saja dapat menghasilkan 2.000 sampai 4.000 telur per hari tanpa perlu adanya cacing lain.

Temukan lebih banyak konten menarik lain diĀ Tanjung Pinang Pos:

Tinggalkan komentar