Tahapan Siklus Daur Hidup Bryophyta dan Penjelasannya

Apa Itu Bryophyta ?

Bryophyta atau dikenal pula sebagai lumut, merupakan sebuah divisi tumbuhan yang hidup di darat dan umumnya mempunyai warna hijau. Tanaman ini bisa hidup di tanah, pepohonan, kayu gelondongan, maupun di batu. Ukurannya kecil, bahkan bisa tidak tampak dengan bantuan lensa. Ukuran lumut yang terbesar pun dicatat hanya kurang dari 50 cm.

Ciri ciri bryophyta yaitu akarnya berupa akar semu (rizoid), yang terdiri atas beberapa lapis sel parenkim dan berbentuk seperti benang benang. Akar tersebut berfungsi agar lumut dapat menempel. Biasanya tumbuhan tersebut akan menempel di tempat yang lembap dan terlindung dari cahaya matahari. Ada pula bryophyta yang sanggup hidup di air seperti sphagnum.

Taksonomi Bryophyta

  • Kingdom : Plantae
  • Subkingdom : Embryophyta
  • Filum : Bryophyta

Menurut klasifikasi ilmiahnya, bryophyta dibagi menjadi tiga kelas. Yaitu bryopsida (lumut daun), hepaticophyta (lumut hati), dan anthocerotophyta (lumut tanduk). Dimana lumut daun merupakan jenis bryophyta yang sering dijumpai di daerah lembap, seperti rawa rawa. Spesiesnya terdapat lebih dari 10.000 jenis yang terbagi menjadi tiga ordo dan tersebar di berbagai belahan dunia.

Sementara lumut hati lebih banyak ditemukan di lereng gunung ataupun di bukit yang lembap. Bentuk tubuhnya seperti lembaran menyerupai hati dan banyak lekukan, sering dianggap dapat membantu menangani penyakit hati. Sedangkan lumut tanduk berbentuk sporofit panjang dan runcing dengan tinggi sekitar 5 cm. Habitatnya lebih sering di sebuah wilayah terbuka dan lembap seperti selokan atau tepi danau.

Fase Hidup Bryophyta

Bryophyta mempunyai dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase gametofit dan fase sporofit. Perlu diketahui, bahwa lumut dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan secara seksual dimulai dari fase gametofit, dan prosesnya memerlukan sel sperma dan sel telur.

Sementara pada reproduksi aseksual terdapat beberapa cara. Seperti jaringan daun pada lahan basah yang menumbuhkan individu baru, protonema menumbuhkan kuncup baru, rhizoid yang memproduksi kuncup serta gemmae yang terbentuk pada rhizoid, dan daun serta ujung daun.

1. Fase Gametofit

Fase gametofit adalah fase dimana tumbuhan lumut akan menghasilkan gamet. Tahap pertamanya adalah proses germinasi spora ke percabangan hingga membentuk struktur bernama protonema. Protonema ini kemudian akan membentuk tunas, membentuk sudut percabangan, dan muncul daun serta rhizoid yang tersusun secara spiral.

Gametofit berdaun identik akan dihasilkan oleh setiap protonema tersebut. Dan ketika memasuki masa produksi, ujung batang gametofit memproduksi gametangia yang terdiri atas anteridia dan arkegonia. Anteridia mempunyai bentuk seperti kelopak bunga dengan fungsi mendorong sel sperma supaya terlepas hingga jarak yang jauh. Sementara arkegonia akan menghasilkan sel telur.

Bentuknya menyerupai corong tebal yang berfungsi untuk melindungi sel telur di dalamnya. Apabila tiba waktunya fertilisasi, corong ini kemudian akan terbuka dan sel telur mengirim sinyal pada sel sperma. Anteridium kemudian melepaskan sel sperma untuk masuk ke kalan arkegonium sehingga terjadi proses fertilisasi yang membentuk sel zigot.

2. Fase Sporofit

Fase sporofit dimulai dari sel zigot yang kemudian berkembang menjadi embrio. Dimana embrio ini akan membelah dan membentuk bagian kaki, seta, dan sporangium. Bagian kaki tersebut masuk ke batang gametofit untuk memindahkan nutrisi ke sporofit. Hal ini membuatnya bertambah panjang, dan bagian atasnya membentuk sporangium yang bersebelahan dengan daun gametofit.

Arkegonium pada akhirnya akan membentuk struktur kaliptra lantaran ukuran sporofit yang semakin membesar. Dan setelah dewasa, sporangium serta seta akan mengalami penebalan dinding epidermis. Bukan itu saja, namun strukturnya menjadi lebih kompleks dengan stomata maupun jaringan pendukung yang lain.

Setelah dewasa, sporangium akan mengering dan membentuk struktur operculum yang dikelilingi gigi peristom. Gigi peristom tersebut membuka dan menutup tergantung kondisi kelembapan lingkungan sekitar. Saat peristom dalam keadaan terbuka, spora dapat terbang ke luar. Jika spora jatuh pada lingkungan yang mendukung, maka spora ini bisa tumbuh menjadi individu baru.

Temukan lebih banyak konten menarik lain diĀ Tanjung Pinang Pos:

Tinggalkan komentar